Selasa, 12 Agustus 2014

Teknik Pengendalian Hama Pada Pembibitan Tanaman Kakao

 syahril
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang tergolong dalam family Sterculiaceae yang berasal dari hutan tropis di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Produk kakao pada awalnya dibudidayakan dan dikonsumsi oleh suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec). Pada tahun 1519 menyebar luas ke Spanyol, Belanda hingga ke Asia. (Anonymous,2008) Indonesia saat ini juga memiliki potensi kakao sangat besar dan menduduki posisi kedua sebagai produsen kakao dunia. Berdasarkan data Departemen Pertanian tahun 2007, total ekspor kakao Indonesia mencapai 624.241 ton, atau meningkat 27% dari volume ekspor tahun 2006. Pada tahun 2008 total ekspor Indonesia mencapai 701.269 ton atau meningkat 12% dari tahun 2007. Hanya saja, industry kita masih mengekspor kakao dalam bentuk biji dan bubuk kakao, sehingga penciptaan nilai tambahnya masih minim (Anonymous, 2008). Untuk mendukung pengembangan tanaman kakao agar berhasil dengan baik adalah mempersiapkan bahan tanam ditempat pembibitan. Karna pembibitan merupakan pertumbuhan awal suatu tanaman sebagai penentu pertumbuhan selanjutnya maka pemeliharaan dalam pembibitan harus lebih intensif dan diperhatikan. Selain pemupukan, pertumbuhan bibit kakao juga dipengaruhi oleh jenis tanah yang digunakan sebagai media. Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman kakao perlu dikelola agar memenuhi fungsi yang diharapkan aitu sebagai tempat berdiri tegaknya tanaman kakao dan sebagai sumber sebagan besar unsur hara yang diperlukan tanaman (Suharto dan Soegita, 1994). Pupuk organic adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organic asal tanaman maupun hewan yang dapat dirombak menjadi hara dan tersedia bagi tanaman. Kandungan unsure hara bahan organic sangat penting dalam menyediakan hara makro dan mikro,meningkatkan kapasitas tukar kation tanah serta dapat bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa komplek (Setyorini, 2005). Benih dan bibit merupakan salah satu factor produksi yang memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu dan produktifitas tanaman. Kekeliruan dalam pemeliharaan, penyediaan dan penanganan terhadap benih dan bibit akan berdampak fatal dan akan mengakibatkan kerugian yang terus menerus bagi petani/pengusaha perkebunan,serta untuk memperbaikinya memerlukan waktu yang lama. Dalam upaya mendukung program pengembangan dan perluasan perkebunan, khususnya kakao diperlukan penyediaan dan penanganan benih dan bibit kakao yang baik dan benar. Dalam hal ini,factor perlindungan terhadap benih/bibit khususnya terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) memegang peranan yang sangat penting yang perlu ditingkatkan. OPT tidak hanya menyerang benih, tetapi juga dapat menyerang bibit di pembibitan. Akibat gangguan OPT tersebut dapat meningkatnya jumlah benih dan bibit yang tidak memenuhi persyaratan untuk di tanam. Apabila benih/bibit yang tidak bagus terpaksa ditanam dapat mengakibatkan kerugian yang besar karena akan mendapatkan tanaman dengan kuantitas dan kualitas produksi yang rendah. Disamping itu, biasanya pertumbuhan tanaman tidak normal, sehingga pada umumnya keadaan tersebut sulit untuk diperbaiki. Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktek lapang untuk mengetahui teknik pengendalian hama dalam proses penbibitan tanaman kakao.
B. Tujuan Praktek Lapang
Tujuan dalam praktek lapang ini adalah bagaimana upaya mengetahui tingkat serangan dan kerusakan yang diserang hama pada bibit kakao dengan menggunakan sistem pengendalian secara mekanis dan biologis.
C. Manfaat Praktek Lapang
1. Sebagai sarana untuk mengetahui cara pengendalian hama pada pembibitan tanaman kakao. 2. sebagai sarana untuk dapat mengetahui penyebak kerusakan pada bibit kakao yang di sebapkan oleh hama.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Kakao
Kerajaan/Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
 B. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
1. Iklim
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-600 meter dari permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20⁰ LU dan 20⁰ LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya antara 10⁰ LU dan 10⁰ LS. Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan curah hujan berkisar 1.100-3.000 mm per tahun, suhu, udara maksimal berkisar 25-26⁰C merupakan temperature rata-rata tahunan, intensitas cahaya berkisar 20-30% (Anonymous, 2004).
2. Tanah
Kakao memerlukan kondisi tanah yang mempunyai kandungan bahan organik yang cukup, lapisan yang dalam untuk membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga system drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6-7. Tanaman kakao menghendaki permukaan air tanah yang dalam. Permukaan air yang dangkal menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga tumbuhnya tanaman kurang kuat (Anonymous, 2004).
C. Jenis Hama pada Pembibitan Kakao
Beberapa jenis hama yang sering menyerang bibit kakao,antara lain:
 1. Ulat kilan (hyposidra talaca)
Ulat kilan atau ulan jengkal memakan daun bibit kakao,terutama daun muda. Daun yang terserang menjadi berlubang-lubang. Pada serangan berat, daun yang lebih tuapun dimakan juga, sehingga bibit kakao terhambat pertumbuhannya. Ciri cirri hama ulat kilan ini yaitu berwarna coklat keabu abuan dan aktif pada malam hari. Bentuk telur bulat dan berwarna hijau muda, telur berukuran 1 mm, setelah umur 12 – 18 hari telur ini menetas dan menjadi ulat muda (dorsa) memiliki empat deret bintik putih dibagian atas ulat muda.
2. Kutu putih (planococcus lilacinus) (hemiptera :pseudococcidae)
Kutu ini menyerang pada bagian pucuk (tunas muda) yang dapat menyebabkan pertumbuhan bibit terhambat karena bentuk daun menjadi keriting (melengkung). kerusakan akibat serangan kutu ini akan menjadi lebih parah, apabila dibarengi dengan serangan cendawan jelaga (sooty Mold) karena dapat mengganggu proses fotosintesis pada daun. Ciri ciri memiliki telur berwarna kuning kehijauan didalam kantung telur (ovisac) yang panjangnya dua kali dari panjang tubuhnya. Nimfa kutu putih muda panjangnya rata rata 0,3 – 0,5 mm dan lebar antara 0,2 – 0,3 mm.
3. Bekicot
Serangan bekicot terutama terjadi pada persemaian dengan lingkungan yang lembab. Akibat serangannya tersebut dapat menyebabkan bibit yang masih dipersemaian akan mengalami kematian. Ciri cirrinya memiliki cangkang yang berbeda beda, menurut jenisnya berat bekicot mulai dari 4 -200 gram, dan ukuran berat juga mulai dari 30 – 90 mm.
4. Nematoda endoparasit
Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur sederhana, cirri cirri nematoda antara lain: Bentuk tubuhnya tidak bersegmen, bentuknya silindris memanjang, simetris bilateral, memiliki tiga lapis blastula, memiliki rongga semu, tidak berwarna, mempunyai sistem organ lengkap, dan biasanya mempunyai stilet.
Ada tiga nematoda endoparsit yang menyerang pembibitan kakao antra lain:
- Meloidogyne spp
Merupakan nematoda yang berbentuk cacing dengan ukuran panjang 0, 3 – 0, 5 mm, memiliki alat tusuk dan penghisap pada mulutnya.
- Pratylenchus spp
Yaitu nematoda yang ukuran panjangnya 0, 4 – 0, 7 mm
- Rhadopholus spp Nematoda ini berbentuk cacing yang panjangnya 0, 65 mm, biasanya hidup didalam rongga korteks akar, semua larva dan dewasa dapat menginfeksi akar (Sugiharto, 1983).
Bibit yang diserang akan tampak terhambat pertumbuhannya, kredil, daun-daun tampak khlorosis, pertumbuhannya merana dalam jangka waktu yang lama dan lama kelamaan akan mengalami kematian.
D. Teknik Pengendalian Hama
a. Pengendalian secara mekanis
Dengan cara membuang hama keluar lokasi pembibitan atau dimusnahkan dengan menggunakan tangan.
b. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida disaat hama menyerang pembibitan, atau mencegah adanya serangan hama.
c. Kultul teknis
Menambahkan bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kesehatan tanaman, mengatur kelembaban dengan menggunakan naungan agar cahaya yang masuk dapat diatur.
d. Biologi
Dapat menggunakan varietas unggul yang tahan terhadap OPT penting, atau melepaskan hama predator yang dapat memangsa hama perusak tanaman.

III. BAHAN DAN METODE PRAKTEK LAPANG
A. Tempat dan Waktu Praktek Lapang
Praktek lapang akan dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar, Kabupaten Aceh Barat. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan desember sampai selesai.
B. Bahan dan Alat Praktek Lapang
1. Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan praktek lapang ini adalah sebagai berikut:
- Benih kakao
Benih yang digunakan dalam praktek lapang ini menggunakan benih local yang diperoleh dari desa blang dalam, kecamatan babahrot, kabupaten abdya.
- Tanah
Yaitu tanah lapisan atas (top soil) yang berada di lahan percobaan fakultas pertanian.
- Pupuk kandang
Merupakan kotoran kerbau yang sudah terdekomposisi dangan sempurna, pupuk kandang di peroleh di peternakan masyarakat desa alue peunyareng.
- Pupuk urea/ZA
Pupuk ini diberikan untuk membantu pertubuhahan vegetatif dengan dosis 2 gr / polybag.
- Polybag
Ukuran yang digunakan adalah isi 0,5 kg, sebagai tempat media tanam.
- Insektisida
Insektisida BRAVO, dengan dosis 0,5 – 1 ml / l liter air, yaitu untuk mencegah hama pada biji kakao disaat penanaman benih pada polybag.
2. Alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam praktek lapang ini berupa naungan dari jaring plastik / paranet, cangkul, parang, gembor, semprotan, ember, pamplet nama, tali, alat tulis, dll.
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) pola non faktorial terdapat dua faktor yang diteliti yaitu Faktor kerusakan dan factor serangan terdiri atas tiga taraf yaitu :
P1 = Kontrol
P2 = Kimiawi
P3 = Biologi
Dengan demikian Terdapat 3 x 3 = 9 Kombinasi perlakuan. Adapun susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan antara tingkat serangan dan tingkat kerusakan akibat serangan hama pada bibit kakao.
Perlakuan Tingkat serangan Tingkat kerusakan
P0 15 dan 30 HST 15 dan 30 HST P0 15 dan 30 HST 15 dan 30 HST P0 15 dan 30 HST 15 dan 30 HST P1 15 dan 30 HST 15 dan 30 HST P1 15 dan 30 HST 15 dan 30 HST P1 15 dan 30 HST 15 dan 30 HST P2 15 dan 30 HST 15 dan 30 HST P2 15 dan 30 HST 15 dan 30 HST P2 15 dan 30 HST 15 dan 30 HST Adapun model Statistik dari rancangan percobaan non faktorial ini adalah Yij = µ + Ti + E ij
Keterangan : Yij= hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rataan umum
Ti = pengaruh perlakuan ke-i
Eij= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
Apabila Uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Dengan persamaan sebagai berikut:
BNJ0,05 = q0,05 (p;dbg) √((KT g)/r)
Dimana : BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5%
q0,05 (p;dbg) = Nilai baku q pada taraf 5%; (Jumlah Perlakuan p dan derajat bebas galat)
KTg = Kuadrat tengah galat r = Jumlah ulangan
D. Pelaksanaan Penelitian Praktek Lapang
1. Persiapan naungan
Membuat naungan dengan menggunakan jaring paranet, yaitu untuk mengatur tekanan cahaya yang masuk ke bibit tanaman.
2. Persiapan media tanam
Yaitu tanah top soil diaduk dengan pupuk kandang, kemudian dimasukan kedalam polybag yang sudah disiapkan, setelah itu polybag diatur dibawah naungan.
3. Pemilihan benih
Benih kakao yang di gunakan adalah biji yang berada di bagian tengah saja, karna biji tersebut selain vigor juga seragam.
4. Perlakuan benih
Sebelum ditanam benih terlebih dahulu dibersihkan dari plup yang menyelimuti biji kakao dengan menggunakan abu sekam atau pasir, lalu dicuci dan di keringanginkan.
5. Penanaman benih
Penanaman benih dilakukan langsung ke polybag, benih yang ditanam adalah benih yang telah di seleksi dengan perlakuan-perlakuan diatas.
6. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore, namun juga tergantung pada kondisi hujan didaerah setempat.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang layu, kerdil, atau mati. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 3-7 hari setelah tanam.
c. Pemupukan
Pemberian pupuk nitrogen pada bibit kakao untuk memacu pertumbuhan vegetatif yaitu dengan memberikan pupuk urea/ZA. Pemupukan dilakukan dua kali dalam seminggu dengan dosis 2 gr per bibit dan diberikan dengan jarak 3 cm dari batang dengan melubangi media lalu disiram dengan air. (Cahyono,2010).
E. Pengamatan Hama
Adapun pengamatan yang dilakukan dalam praktek lapang ini antara lain :
1. Persentase tingkat serangan hama pada umur tanaman 15 dan 30 hari setelah tanam.
2. Persentase tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama pada umur 15 dan 30 hari setelah tanam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar